Salam Sehat dan Harmonis

-----

STROKE atau CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK)






STROKE atau CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (GANGGUAN
PEREDARAN DARAH OTAK)



PENGERTIAN
Stroke = Cerebro Vascular Accident (CVA) = Cerebro Vascular Disease (CVD) = Apoplexy adalah
gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau
tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia.
Serangan ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat.
Karena stroke adalah syndrome klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit
neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Bila
gangguan peredaran darah otak ini sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10 –
20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan Iskemia Otak Sepintas (Transient
Ischaemia Attack = TIA).

Pengenalan tanda dan gejala gangguan peredaran darah otak lebih dini, akan sangat membantu dalam
hal penegakan diagnosis dan upaya terapi yang tepat dan benar. Pertolongan secara dini, tepat dan
benar bertujuan untuk menurunkan angka kematian, mengurangi kecacatan yang bakal terjadi, serta
menghemat biaya dan waktu perawatan di rumah sakit.


ETIOLOGI
Stroke dapat disebabkan karena faktor-faktor berikut ini :
1.    Penyumbatan pembuluh darah oleh karena jendalan/gumpalan darah (thrombus atau embolus)
2.    Robek atau pecahnya pembuluh darah
3.    Adanya penyakit-penyakit pada pembuluh darah
4.    Adanya gangguan susunan komponen darah

Secara garis besar, stroke di bagi dalam 2 kategori besar, yaitu :
1.    Stroke Non-Haemorrhagic (SNH)  Iskemik
a.    Emboli
b.    Aterotrombotic (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
c.    Malformasi arteri-vena
d.    Trombosis 
e.    Migren
f.     Hiperkoagulasi darah
g.    Penyalahgunaan obat (kokain atau amfetamin)
h.    Kelainan darah
2.    Stroke Haemorraghic (SH)
a.    Infark otak (80%)
b.    Perdarahan intracerebral (15%)
c.    Perdarahan sub arachnoid (5%)


FAKTOR RESIKO
1.    Faktor non-modified
Faktor yang tidak dapat diubah  usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau
stroke, PJK, fibrilasi atrium, heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria.
2.    Faktor modified

1




Faktor yang dapat diubah  hipertensi, diabetes mellitus, smoking, penyalahgunaan alkohol dan
obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimptomatis, hyperlipidemia (obesitas),
hyperkolesterolemia.


PATOFISOLOGI
Dasar-dasar vaskularisasi otak :
1.    Sepasang pembuluh darah carotis  denyut pembuluh darah besar ini dapat diraba di leher depan,
sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula. Arteri carotis masuk ke dalam cranial bercabang
menjadi 3 (tiga), yaitu arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dan arteri cerebri posterior.
Ketiganya saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri communis anterior dan
arteri communis posterior.

2.    Sepasang pembuluh darah vertebralis  denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba karena
terletak menyelusup dibagian samping tulang leher (servicalis). Arteri ini memperdarahi batang
otak dan kedua otak kecil (cerebellum). 

Kedua pembuluh darah besar ini di dalam rongga cranial akan saling berhubungan berbentuk anyaman
pembuluh darah yang dikenal dengan nama “Sirkulasi Willisi”. Pada permukaan otak pembuluh darah
ini akan saling berhubungan disebut dengan “Anastomosis”.


MANIFESTASI KLINIS
1.    Stroke non-haemorrhagic (SNH) (iskemik)  gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis
secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun
pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi
pada usia > 50 tahun.
2.    Stroke Heamorrhagic  menurut WHO diklasifikasikan menjadi :
a.    Perdarahan intracerebral
Mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepada karena hipertensi.
Serangan seringkali siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya
hebat sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Kesadaran
biasanya cepat menurun dan cepat masuk coma (65% terjadi kurang dari ½ jam, 23%
antara ½ - 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam – 19 hari).
b.    Perdarahan subarachnoid
Gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila
ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior
atau arteri carotis interna.

Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya. Manisfestasi klinis stroke akut dapat berupa :
a.    Hemiparesis  kelumpuhan wajah atau anggota badan yang timbul mendadak
b.    Hemisensorik  gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c.    Perubahan mendadak status mental  confusion, delirium, letargi, stupor, coma
d.    Afasia  bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan
e.    Disartria  bicara pelo atau cadel
f.     Hemianopia/monokuler atau diplopia  gangguan penglihatan
g.    Ataksia  trunkal atau anggota badan 
h.    Vertigo, mula dan muntah atau nyeri kepala


DIAGNOSIS KLINIS
1.     Anamnesis klinis dan pemeriksaan fisis-neurologis
2.     Sistem score untuk membedakan jenis stroke

2





Score Stroke Siriraj           : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x
tekanan diastolic) – (3 x petanda ateroma) – 12


Score > 1
Score –1 s/d 1
Score < -1

: perdarahan supratentorial
: perlu CT Scan
: infark cerebri

Derajat kesadaran : 0 = compos mentis, 1 = somnolens, 2 = spoor/coma

Vomitus
Nyeri kepala
Ateroma

: 0 = tidak ada, 1 = ada
: 0 = tidak ada, 1 = ada
: 0 = tidak ada, 1 = salah satu atau lebih : DM, angina, peny. Pemb.
Darah


3.     CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan perdarahan.
4.     MRI lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark cerebri dini dan infark batang otak.


PENATALAKSANAAN

Stoke akut di Unit Gawat Darurat
Waktu adalah otak yang merupakan ungkapan yang menunjukkan yang menunjukkan betapa
pentingnya pengobatan stroke sedini mungkin, karena “jendela terapi” dari stroke hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir
pengobatan. Hal yang harus dilakukan adalah :
1.     Stabilitas klien dengan tindakan Air way, Breathing dan Circulating
2.     Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau coma atau gagal nafas
3.     Infus intavena dengan cairan normasalin 0,9% 20 ml/jam, jangan pakai cairan hipotonis  edema
otak
4.     Berikan oksigen 2-4 liter/mnt 
5.     Pertimbangkan pemberian nutrisi melalui NGT
6.     EKG
7.     Pemeriksaan darah dan urine

Perawatan umum
Kebanyakan morbiditas dan mortalitas stroke berkaitan dengan komplikasi non-neurologis,
yang dapat diminimalkan seperti berikut ini :
1.     Demam
2.     Nutrisi
3.     Hidrasi intravena  hipovolemia
4.     Glukosa  hiperglikemia dan hipoglikemia
5.     Perawatan paru
6.     Aktifitas  immobilisasi
7.     Neurorestorasi dini  stimulus sensorik, kongnitif, memory, bahasa, emosi serta visuospasial
8.     Perawatan vesica

Pencegahan
1.     Pencegahan primer
a.    Kampanye nasional terintegrasi
b.    Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke
   Menghindari   rokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya
   Mengurangi  kolesterol dan lemak dalam makanan
   Mengendalikan   hipertensi, DM, penyakit jantung dan penyakit vascular
lainnya
   Menganjurkan  konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur

3







2.     Pencegahan sekunder
a.    Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko
b.    Melibatkan peran keluarga seoptimal mungkin
c.    Obat-obatan yang digunakan
d.    Tindakan invasif

Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi
1.     Kerjasama tim yang dipimpin oleh dokter spesialis syaraf dan dibantu oleh perawat khusus stroke,
pertugas terapi fisik dan okupasional, petugas terapi wicara serta ahli gizi dengan melibatkan
peran keluarga dan petugas sosial (bila ada).
2.     Harus dilaksanakan sedini mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor gangguan motorik,
sensorik, kognitif, komunikasi, visual dan emosi.
3.     Mobilisasi aktif sedini mungkin secara bertahap sesuai toleransi setelah kondisi neurologis dan
hemodinamik stabil.













































4





ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK :
CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA)


PENGKAJIAN 
1.     Aktifitas / istirahat             merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis, merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/kejang
otot), gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik dan terjadi kelemahan umum, gangguan
penglihatan dan gangguan tingkat kesadaran.
2.    Sirkulasi  riwayat penyakit jantung, polisitemia dan hipotensi postural, hipertensi arterial,
HR bervariasi, disritmia, perubahan pada EKG, desiran pada karotis, femoralis dan arteri
illiaka/aorta yang abnormal.
3.    Integritas ego  perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi yang labil dan ketidaksiapan
untuk marah, sedih dan gembira, keseulitan untuk mengekspresikan diri.
4.    Eliminasi   perubahan pola perkemihan, distensi abdomen, bising usus negatif (illeus
paralitik).
5.    Makanan dan cairan  nafsu makan menghilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi, disfagia, adanya riwayat DM dan peningkatan lemak di dalam darah, kesulitan
menelan, obesitas.
6.    Neurosensori  lihat pada manisfestasi klinis stroke
7.    Nyeri/Kenyamanan  sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda, tingkah laku yang
tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
8.    Pernafasan   riwayat merokok, ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas,
pernafasan menjadi sulit, suara nafas terdengar (ronchi)
9.    Keamanan   gangguan penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh,
hilang kewaspadaan pada bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan, gangguan orientasi,
gangguan termoregulator, gangguan kepribadian.
10.  Interaksi sosial  masalah bicara dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
11.  Penyuluhan dan pembelajaran  adanya riwayat hipertensi, stroke, pemakaian kontrasepsi
oral, kecanduan alkohol.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1.    Meningkatkan perfusi dan oksigenase cerebral yang adekuat
2.    Mencegah/meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat permanen
3.    Membantu klien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan aktifitas sehari-hari
4.    Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan perubahan dalam
konsep diri klien
5.    Memberikan       informasi tentang             proses penyakit/prognosisnya             dan kebutuhan
tindakan/rehabilitas

TUJUAN PEMULANGAN
1.    Fungsi         cerebral membaik/meningkat, penurunan                      fungsi         neurologis dapat
diminimalkan/distabilkan
2.    Komplikasi dapat dicegah atau diminimalkan
3.    Kebutuhan klien sehari-hari dapat dipenuhi oleh klien sendiri atau dengan bantuan yang
minimal dari orang lain
4.    Mampu melakukan koping dengan cara yang positif, perencanaan untuk masa depan
5.    Proses dan prognosis penyakit dan pengobatannya dapat dipahami

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d interupsi/hambatan aliran akibat oklusi, hemoragi,
vasospasme cerebral, edema cerebral d/d perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memory,
perubahan dalam respon motorik/sensorik, gelisah, defisit sensosi, bahasa, intelektual dan
emosi serta perubahan tanda-tanda vital
Kriteria hasil :

5





    Mempertahankan tingkat kesadaran optimal, fungsi kognitif dan motorik/sensorik.
    Tanda-tanda vital stabil dan tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial
    Menunjukkan tidak ada kelanjutan kekambuhan

2.    Kerusakan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskular : kelemahan, parastesia,
flaksid/paralysis hipotonis, paralysis spastik d/d ketidakmampuan bergerak, gangguan
koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.
Kriteria hasil :
    Mempertahankan posisi optimal dari fungsi tubuh dengan menghindari kontraktor,
footdrop
    Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau
kompensasi
    Memperlihatkan teknis/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
    Mempertahankan integritas kulit

3.    Gangguan komunikasi : verbal atau non-verbal b/d kerusahan sirkulasi cerebral; kerusakan
neuromuskular; kehilangan tonus/kontrol otot fasia/oral; kelemahan/kelelahan umum d/d
kerusakan artikulasio, disartria, disfasia, ketidakmampuan untuk menulis.
Kriteria hasil :
    Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
    Membuat metode komunikasi alternatif sehingga kebutuhan dapat dieskpresikan
    Menggunakan sumber-sumber yang tepat

4.    Kurang perawatan diri b/d kerusakan neuromuskular; penurunan kekuatan dan ketahanan;
kehilangan kontrol/koordinasi otot; kerusakan perceptual/kognitif; nyeri/ketidaknyamanan;
depresi d/d gangguan ADL, ketidakmampauan membawa makanan dari piring ke mulut,
ketidakmampuan memandikan bagian tubuh, mengatur suhu air, ketidakmampuan untuk
memasang dan melepaskan pakaian, ketidakmampuan menyelesaikan tugas toileting.
Kriteria hasil :
    Memperlihatkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
    Melakukan aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri dengan bantuan
minimal

5.    Gangguan harga diri b/d perubahan biofisik, psikososial dan perceptual kognitif d/d perubahan
aktual dalam struktur dan/atau fungsi, perubahan peran, perasaan negatif, perasaan tidak
berdaya dan putus asa, dll.
Kriteria hasil :
    Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
terhadap diri
    Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi tertentu
    Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang
adekuat tanpa menimbulkan harga diri yang negatif.













6
Previous
Next Post »

Translate