Salam Sehat dan Harmonis

-----

tuberkulosis















A.  LATAR BELAKANG





BAB I
PENDAHULUAN

1

Tuberkulosis (TB) diperkirakan sudah ada sejak 700 – 600 tahun SM yakni pada
zaman neolitik. Saat populasi manusia mulai banyak di daratan Eropa dan
Mediterania.


Adapun faktor pendukung timbulnya penyakit tuberkulosis adalah lingkungan dan
pekerjaan. Dilihat dari angka kejadian pada survey nasional yang di adalah di 15
propinsi di Indonesia sejak 1979 – 1982 didapatkan Propinsi Bali mempunyai angka
prevalensi yang paling rendah (0,08%), sedangkan Propinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) mempunyai angka prevalensi tertinggi (0,74%), sedangakan di Propinsi
Sumatera Barat (0,37%) dari tahun 1984 – 1985 dan di Propinsi Aceh pada tahun
1983 – 1984 mencapai 0,65%. Di negara yang sudah maju seperti di Negara
Amerika Serikat, angka kesakitan tercatat dalam tahun 1976 sebesar 15,9% dari
100.000 penduduk.


Tuberkulosis paru masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama di
negara-negara yang sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abab 20 mulai
berkurang sejak di tetapkannya prinsip pengobatan dengan perbaikan gizi dan
tatacara kehidupan penderita. Keadaan penderita bertambah baik sejak
ditemukannya obat streptomisin dan bermacam-macam obat anti tuberkulosis pada
tahun berikutnya.




B.  TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis merumuskan tujuan menjadi dua bagian yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus yang antara lain :







1.   Tujuan Umum

2

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan proses
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan sistem pernafasan :
tuberkulosis terutama pada Ny. T yang di rawat di Ruang Mawar Rumah Sakit
Umum Imelda Medan.


2.   Tujuan Khusus
a.    Mampu mengkaji masalah klien dengan melakukan pendekatan yang
sistematis untuk mengumpulkan data dan selanjutnya merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan data yang diperoleh
b.   Mampu merencakan tindakan keperawatan berdasarkan prioritas masalah
yang ditemukan
c.   Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan memberikan alternatif pemecahan masalah kepada klien
d.   Mampu mengevaluasi hasil yang telah dicapai berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan




C.  METODA PENULISAN
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu
dengan menggambarkan atau melukiskan pelaksanaan asuhan keperawatan klien
dari tahap pengkajian sampai tahap evaluasi dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Adapun teknik yang digunakan dalam pembuatan laporan
kasus ini adalah :
1.   Study kasus
Yaitu dengan mengobservasi secara langsung klien Ny. T dan melaksanakan
asuhan keperawatan selama klien dirawat di Rumah Sakit Umum Imelda Medan.
2.   Study kepustakaan
Yaitu dengan membaca serta mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
masalah gangguan sistem pernafasan : tuberkulosis paru.







D.  SISTEMATIKA PENULISAN

3

BAB I

: PENDAHULUAN, meliputi latar           belakang    penulisan,    tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II      : TINJAUAN TEORITIS, meliputi konsep dasar medis dan konsep
dasar keperawatan
BAB III        : TINJAUAN            KASUS,          meliputi        tahap       pengkajian,         diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV    :  PEMBAHASAN, meliputi tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
BAB V      : PENUTUP, meliputi kesimpulan dan saran







BAB II
TINJAUAN TEORITIS




A.  KONSEP DASAR MEDIS
1.   Defenisi

4

Tuberkulosis yang dulu disingkat dengan TB karena berasal dari kata
tuberkulosa adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru
manusia. Seperti juga dengan penyakit lainnya, tuberkulosis saat ini lazim
disingkat dengan TB saja yang disebabkan oleh kuman atau basil tuberkulosis
yang    dalam istilah kedokteran          disebut    Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis bukanlah penyakit keturunan karena disebabkan oleh kuman yang
ditularkan dari seseorang kepada orang lain. (Aditama Yoga, Hal. 1)


2.   Etiologi
Penyebab TB adalah Mikobakterium tuberkulosis yaitu sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal 0,3 – 0,6 µm. Kuman dapat
bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi
karena kuman bersifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali dan menjadi
TB aktif. Di samping itu kuman ini disebut kuman aerob yaitu kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. (Soeparman, 1990)


3.   Patofisiologi
a.   Tuberkulosis primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-
bulan.



5


Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta
gerakan silia dengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka pada
kulit atau mukosa, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.


Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertumbuh dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau sarang
afek primer. Sarang primer dapat terjadi di bagian mana saja dari jaringan
paru. Di sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus, dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus. Kompleks
primer ini selanjutnya dapat menjadi :
     Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
     Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus atau komplek.
     Berkomplikasi dan menyebar secara :
o  Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya
o  Secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
disebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
o  Secara limfogen ke organ tubuh lainnya
o  Secara hematogen ke organ tubuh lainnya


b.   Tuberkulosis sekunder
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian    sebagai infeksi       endogen    menjadi    tuberkulosis    dewasa
(tuberkulosis post primer). Tuberkulosis ini di mulai dari sarang dini yang
berlokasi di regio atas paru-paru (bagian apikal posterior lobus superior atau
inferior). Invasifnya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke
nodus hilir paru.


6




Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3
– 10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri
dari sel-sel histiosit dan sel datia-langhans (sel besar dengan banyak inti)
yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacam-macam jaringan ikat.
Sarang dini dapat menjadi :
     Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
     Sarang yang mula-mula meluas, tapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis
     Sarang dini yang meluas dimana granuloma berkembang menghancurkan
jaringan sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis dan
menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan
keluar akan terjadi kavitasi. Kavitasi dapat :
o  Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Sarang
ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang terdahulu.
o  Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.
Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif
kembali
o  Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga
menyembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil, kadang-
kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan
berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped
(Soeparman, 1990)


4.   Gejala klinis
Keluhan yang dirasakan penderita TB dapat berupa antara lain :
a.   Demam
Menyerupai influenza, namun kadang-kadang panas badan dapat mencapai
40 – 41oC yang naik turun, kadang hilang dan kemudian timbul kembali,
demikian seterusnya.






b.   Batuk 

7

Batuk terjadi karena adanya iritasi brokhus yaitu berfungsi untuk membuang
produk-produk radang, sifat batuk di mulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian menjadi produktif (menghasilkan sputum) bahkan dapat berupa
haemaptoe (batuk darah) karena pecahnya pembuluh darah.


c.   Sesak nafas
Sesak nafas ini akan ditemukan pada penyakit yang sudah kanjut, dimana
infiltrasi sudah setengah bagian paru-paru.


d.   Malaise
e.   Anoreksia
f.   Berat badan menurun
g.   Keringat di malam hari
(Soeparman, 1990)


5.   Pemeriksaan penunjang
a.   Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan memperlihatkan adanya :
     Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun
     Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
     Laju Endap Darah (LED) meningkat terutama pada fase akut, tetapi pada
umumnya nilai-nilai tersebut normal pada tahap penyembuhan


b.   Pemeriksaan radiologi
     Bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru
     Bayangan yang berawan atau berbecak
     Adanya kavitas tunggal atau ganda
     Adanya kalsifikasi
     Kelainan bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru
     Bayangan yang menetap atau relatif setelah beberapa minggu







c.   Pemeriksaan bakteriologik (sputum)

8

Ditemukan kuman mikobakterium tuberkulosis dari dahak penderita,
memastikan diagnosis TB paru pada pemeriksaan dahak.


d.   Uji tuberkulin
Sangat penting bagi diagnosis tersebut pada anak. Hal positif pada orang
dewasa kurang bernilai. 


6.   Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan TB paru adalah sebabai berikut :
a.   Perlunya diagnosis yang cepat dan tepat
b.   Pemakaian paduan obat yang tepat
c.   Adanya penyakit penyerta lainnya seperti AIDS, DM yang mendapat terapi
immunosupressi, keganasan, gagal hati, gagal ginjal dan sebagainya,
semuanya dapat mempengaruhi dan menghambat TB paru.
d.   Evaluasi pengobatan lebih ditujukan terhadap konversi sputum, walaupun
kemajuan klinis dan radiologis tetap diperhatikan. Adanya efek samping
obat dan timbulnya resistennya obat harus selalu diwaspadai
e.   Pemberian diet TKTP
f.   Usaha preventif terhadap TB hendaknya ditingkatkan lagi profilaksis, juga
terhadap klien lain yang mempunyai resiko tinggi seperti HIV positif yang
mendapat immunosupresi dan lain-lain. Terutama pada negara yang
berpopulasi tuberkulosis tinggi, jangan di lupakan juga segi pendidikan atau
penyuluhan    kesehatan    pada    klien     tentang     permasalahan    dalam
penanggulangan TB ini.







B.  LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
1.   Pengkajian
a.   Aktifitas/istirahat

9

Gejala       : kelelahan umum dan kelemahan ; nafas pendek karena kerja ;
kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat ;
mimpi buruk
Tanda        :  takikardia, dispnea pada kerja ; kelelahan otot, nyeri dan sesak
(tahap lanjut)


b.   Integritas ego

Gejala

: adanya faktor stress yang lama ; masalah keuangan, rumah ;
perasaan tak berdaya/tak ada harapan ; populasi budaya/etnik

Tanda       : menyangkal (khususnya selama tahap dini ; ansietas, ketakutan,
mudah terangsang)


c.   Makanan/cairan

Gejala

: kehilangan nafsu makan ; tidak dapat mencerna ; penurunan
berat badan

Tanda       : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik ; kehilangan otot/hilang
lemak subkutan


d.   Nyeri/kenyamanan

Gejala

: nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda       :  berhati-hati pada area yang sakit ; gelisah


e.   Pernafasan

Gejala

: batuk produktif atau tidak produktif ; nafas pendek ; riwayat
tuberkulosis pada individu terinfeksi

Tanda       : peningkatan frekwensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura) ; pengembangan penyakit tidak
simetris ; perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural
atau penebalan pleural), bunyi nafas menurun/tidak ada secara






















f.   Keamanan

10


bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumothoraks), bunyi
nafas tubuler dan/bisikan pektoral di atas lesi luas, krekels
tercatat di atas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk
pendek     (krekels postussic), karakteristik             sputum :
hijau/purulent, mukoid kuning, atau bercak darah, deviasi
trakheal (penyebaran bronkhogenik), tidak konsentrasi, mudah
terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)

Gejala

: adanya kondisi penekanan immun, contoh : AIDS, kanker

Tanda       : demam rendah atau sakit panas akut


g.   Intervesi sosial

Gejala

: perasaan isolasi/penolakan       karena penyakit menular ;
perubahan pola biasa dan tanggung jawab/perubahan kapasitas
fisik untuk melaksanakan peran



h.   Penyuluhan/pembelajaran

Gejala

: riwayat keluarga TB ; ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk ; gagal untuk membaik/kambuh TB ; tidak berpartisipasi
dalam terapi



i.    Rencana pemulangan 
Memerlukan bantuan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri serta
pemeliharaan/perawatan di rumah


Prioritas keperawatan :
a.   Meningkatkan/mempertahankan ventilasi/oksigenasi adekuat
b.   Mencegah penyebaran infeksi
c.   Mendukung perilaku/tugas untuk mempertahankan kesehatan
d.   Meningkatkan strategi koping efektif



11


e.   Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan


Tujuan pemulangan :
a.   Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
b.   Komplikasi dicegah
c.   Pola hidup/perilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi
d.   Proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dipahami


2.   Diagnosa keperawatan dan Intervensi
a.   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat,
penurunan kerja silia/stasis sekret ; kerusakan jaringan/tambahan infeksi ;
penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi ; malnutrisi ; kurang
pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen


Tujuan : infeksi tidak terjadi


Kriteria hasil :
     Klien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi
     Klien menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang aman


Rencana tindakan :
o  Kaji patologi penyakit aktif atau tidak aktif (mengetahui secara dini
terapi yang tepat untuk pengobatan klien)
o  Identifikasi orang lain yang beresiko seperti anggota keluarga, sahabat
karib (mencegah penyebaran/penularan infeksi)
o  Anjurkan klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisue dan
menghindar meludah sembarangan (mencegah penyebaran infeksi)
o  Awasi suhu tubuh sesuai indikasi (reaksi demam merupakan indikator
adanya infeksi lanjut)


12


o  Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat (mencegah resiko
penyebaran infeksi yang dapat berlanjut sampai 3 bulan)
o  Kaji pentingnya mengikuti kultur ulang secara periodik terhadap sputum
selama pemberian terapi (mengawasi efek dan keefektifan obat serta
respon klien terhadap infeksi)
o  Anjurkan klien meningkatkan makan makanan bergizi/seimbang
(makanan yang seimbang meningkatkan kemampuan tubuh dalam
berespon terhadap proses infeksi)
o  Berikan agen infeksi sesuai dengan indikasi (mengobati dan
meningkatkan ketahanan tubuh terhadap proses infeksi)


b.   Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental/sekret
darah ; kelemahan/upaya batuk buruk ; edema trakheal/faringeal ditandai
dengan frekwensi pernafasan, irama, kedalaman tidak normal ; kelainan
bunyi nafas (ronkhi, mengi, stridor) ; dispnea


Tujuan : jalan nafas efektif kembali/jalan nafas adekuat


Kriteria hasil :
     Jalan nafas klien paten dapat dipertahankan
     Klien dapat mengeluarkan sekret tanpa bantuan
     Klien menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan nafas 
     Klien berpartisipasi dalam program pengobatan
     Klien dapat mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan
tindakan yang tepat


Rencana tindakan :
o  Kaji fungsi pernafasan meliputi bunyi nafas, kecepatan, irama dan
kedalaman serta penggunaan otot aksesori (mengetahui secara dini
gangguan bersihan jalan nafas)


13


o  Catat kemampuan untuk mengeluarkan sputum dan batuk efektif serta
karakter, jumlah dan adanya hemoptisis (untuk menindaklanjuti
evaluasi/intervensi lebih lanjut)
o  Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi serta bantu klien untuk batuk
dan latihan nafas dalam (membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan)
o  Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, penghisapan sesuai dengan
indikasi (mencegah obstruksi atau aspirasi)
o  Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali
kontraindikasi (membantu mengencerkan sekret)
o  Lembabkan udara/oksigen inspirasi (mencegah pengeringan mukosa dan
mengencerkan sekret)
o  Berikan obat-obatan sesuai indikasi (bronkhodilator)


c.   Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru atau atelektasis ; kerusakan membran
alveolar-kapiler ; sekret tebal/kental ; edema bronkhial


Tujuan : kerusakan atau gangguan pertukaran gas tidak terjadi


Kriteria tindakan :
     Klien melaporkan dispnea hilang/terkontrol
     Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat
dengan AGDA dalam rentang normal
     Klien terbebas dari gejala distress pernafasan


Rencana tindakan :
o  Kaji gejala dan tanda yang mengarah kepada gangguan/kerusakan
pertukaran gas, seperti dispnea, takipnea, kelainan bunyi nafas, dll
(mengidentifikasi secara dini gangguan/kerusakan pertukaran gas dan
mencegah lebih awal)


14


o  Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran (mengidentifikasikan telah
terjadi gangguan/kerusakan pertukaran gas)
o  Anjurkan klien bernafas bibir/dari mulut selama inhalasi (membuat
tahanan melawan udara luar dan mencegah kolaps jalan nafas)
o  Anjurkan klien untuk istirahat dan bantu aktifitas perawatan diri sesuai
keperluan (menurunkan konsumsi/kebutuhan oksigen dan menurunkan
beratnya gejala)
o  Awasi/pantau pemeriksaan AGDA (membantu menunjukkan kebutuhan
intervensi/perubahan program terapi)
o  Berikan oksigen tambahan yang sesuai (memperbaiki hipoksemia)


d.    Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan ; anoreksia ; ketidakcukupan sumber keuangan ditandai dengan
berat badan di bawah 10 – 20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat,
melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecapan,
tonus otot memburuk


Tujuan   :  kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi, perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh tidak terjadi


Kriteria hasil :
     Klien menunjukkan peningkatan berat badan mencapai nilai ideal
     Klien menunjukkan perilaku pola hidup untuk mempertahankan berat
badan yang ideal


Rencana tindakan :
o  Catat status nutrisi klien saat klien baru masuk ruang rawat (berguna
untuk mengidentifikasi derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang tepat)
o  Perhatikan pola diet biasa klien (membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan khusus)


15


o  Pantau masukan dan pengeluaran serta timbang berat badan secara
periodik (berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan)
o  Kaji anoreksia, mual dan muntah (mengidentifikasi gangguan
pemasukan nutrisi )
o  Dorong dan berikan periode istirahat sering (membantu menghemat
energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam)
o  Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi karbohidrat
dan protein (memaksimalkan masukan nutrisi dan menurunkan iritasi
gaster)
o  Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah, kecuali
bila kontraindikasi (membuat lingkungan sosial lebih normal selama
makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural)
o  Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet (memberikan
bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat)


e.   Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif ; tidak akurat/tidak lengkap
informasi yang didapatkan ditandai dengan klien sering bertanya,
menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan, kurang akurat
dalam mengikuti instruksi, menunjukkan perasaan terancam


Tujuan : klien dapat memahami dan menerima keadaan penyakitnya


Kriteria hasil :
     Klien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit 
     Klien       dapat      mengidentifikasi      gejala       yang       memerlukan
evaluasi/intervensi
     Klien  bersama perawat merencanakan tindakan yang tepat dalam
perawatan, terutama perawatan di rumah






Rencana tindakan :

16

o  Kaji kemampuan klien untuk belajar (belajar bergantung pada emosi dan
kesiapan fisik)
o  Identifikasi gejala yang harus dilaporkan kepada perawat (menunjukkan
perhatian klien terhadap penyakit yang dialaminya)
o  Tekankan pentingnya diet TKTP dan pemasukan cairan adekuat
(membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan)
o  Jelaskan kepada klien atau keluarga dosis obat, frekwensi pemberian,
kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama (meningkatkan
kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat
sesuai dengan perbaikan kondisi klien)
o  Anjurkan klien untuk tidak merokok (merokok dapat meningkatkan
disfungsi pernafasan atau bronkhitis)
o  Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi (komplikasi
sehubungan dengan reaktivasi akan lebih memperberat keadaan penyakit
klien)















A.  PENGKAJIAN
1.   Identitas klien
N a m a
Jenis kelamin
U m u r
Status perkawinan
A g a m a





BAB III
TINJAUAN KASUS








: Ny. T
: perempuan
: 70 tahun
:  sudah kawin
: kristen

17

Pendidikan : SMP

Pekerjaan
A l a m a t
Tanggal masuk
No. register
Ruangan/kamar :
Golongan darah

: Ibu rumah tangga
:  Jl. Krakatau Medan
: 22 Oktober 2001
: 00 89 80
Mawar
: A



2.   Penanggung jawab/keluarga terdekat

N a m a
Pekerjaan
A l a m a t
Hubungan dengan klien

: Tn. P
:  PT. Jasa Marga
:  Jl. Krakatau Medan
: anak kandung klien



3.   Keluhan utama/yang paling sering : batuk-batuk


4.   Riwayat kesehatan sekarang
Provocative/palliative :

a.   Apa penyebab

: peningkatan produksi sekret pada saluran
nafas



18


b.   Hal yang memperbaiki keadaan  : posisi tidur ½ duduk dan membuang
dahak


Quantity/quality :

a.   Bagaimana dirasakan


b.   Bagaimana terlihat


Region :
a.   Dimana lokasinya
b.   Apakah menyebar

: klien merasa nyeri pada dada saat batuk dan
dada terasa tidak nyaman
: klien memegang dadanya apabila batuk




: daerah dada
:  tidak menyebar



Apakah mengganggu aktifitas  : ya mengganggu aktifitas terutama bila
banyak bergerak

Kapan mulai timbul
Bagaimana terjadinya


5.   Riwayat kesehatan masa lalu
Sakit yang pernah dialami
Tindakan yang dilakukan
Pernah dirawat
Allergi


Immunisasi


6.   Riwayat kesehatan keluarga
Orangtua


Saudara kandung
Penyakit keturunan yang ada
Keluarga yang meninggal
Penyebab meninggal

: kira-kira setahun yang lalu
:  bertahap




: TB paru 1 tahun yang lalu
: dibawa berobat ke RS 
: ya, selama 5 hari di RS
: tidak allergi terhadap makanan/minuman
atau suasana tertentu
: tidak pernah di immunisasi




: tidak ada yang menderita penyakit kronis
seperti klien
: tidak ada yang menderita penyakit kronis
: tidak ditemukan
: suami
: faktor usia lanjut







Genogram :


















Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= klien Ny. T
= tinggal serumah


7.   Riwayat/keadaan psikososial
Bahasa yang dipergunakan






































: Bahasa Indonesia

19

Persepsi klien ttg penyakitnya     : klien yakin penyakitnya akan sembuh

Konsep diri


Keadaan emosi

: klien merasa masih dibutuhkan dalam
keluarga
: klien dapat berkomunikasi secara kooperatif

Perhatian terhadap orang lain  : baik, klien mau berkomunikasi dengan
teman satu kamarnya

Hubungan dengan keluarga

: baik, keluarga menjaga dan menbantu
kebutuhan klien selama dirawat

Hubungan dengan orang lain      : baik, klien sering dikunjungi oleh teman dan
tetangganya

Kegemaran
Daya sesuai (adaptasi)

: membaca
: klien mampu beradaptasi dengan lingkungan
RS, perawat dan dokter yang menangani







Mekanisme pertahanan diri




8.   Pemeriksaan fisik

20


: percaya dan berserah kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa

Tanda vital
Tekanan darah

: dilaksanakan tanggal 22 Oktober 2001 jam 13.00 wib
: 130/90 mmHg

Denyut jantung/nadi  : 84 x/mnt

Pernafasan
Suhu tubuh
Keadaan umum
Penampilan

:  28 x/mnt tidak teratur
: 37oC
:  lemah
: lesu

Kesadaran : kompos mentis

Tinggi badan
Berat badan


Kepala :

: 155 cm
: 44 kg

Bentuknya : oval
Rambut : tidak


mudah rontok

Bentuk rambut
Warna
Kulit kepala


Penglihatan/mata :
Ketajaman




Sklera
Pupil


Conjungtiva

: lurus dan panjang
: hitam bercampur uban putih
: bersih, tidak ada lesi atau kelainan lainnya




: tidak mampu membaca dalam jarak 25 – 30 cm tanpa
menggunakan kacamata / kemampuan akomodasi
menurun
:  tidak ikterus
: isokhor kiri dan kanan, refleks pupil terhadap cahaya
(+)
: tidak ditemukan tanda-tanda anemis seperti pucat atau
peradangan







Penciuman/hidung :
Polip
Perdarahan
Peradangan







:  tidak ada
:  tidak ditemukan perdarahan
: tidak ditemukan peradangan

21

Fungsi penciuman  : baik, dapat membedakan aroma, seperti aroma buah
apel dengan jeruk


Pendengaran/telinga :

Serumen
Cairan :

: ada sedikit dan tidak mengganggu pendengaran
tidak ditemukan

Tanda peradangan     : tidak ditemukan

Alat bantu

: tidak memakai alat bantu dengar

Fungsi pendengaran : baik, masih dapat mendengarkan suara gesekan
rambutnya sendiri


Mulut :

Rongga mulut
Bau :
Perdarahan
Peradangan
Gigi 
Lidah : bersih
Tonsil

: bersih
tidak berbau
:  tidak ditemukan perdarahan
: tidak ditemukan peradangan
:  tidak lengkap


: tidak membesar dan tidak meradang

Fungsi pengecapan  : masih baik, klien dapat membedakan rasa manis, pahit,
asam dan asin


Leher :

Kelenjar tiroid
TVJ

: tidak ditemukan pembesaran
: tidak ditemukan peningkatan







Thorak :
Bentuk :
Pernafasan :
Frekwensi
Bunyi nafas
Batuk
Sputum


Jantung :
Nyeri dada
Denyut jantung
Bunyi jantung


Abdomen :
Turgor kulit
Hepar
Lien 
Massa or cair
Ginjal


Reproduksi :
Siklus menstruasi
Organ seksual
Perdarahan :







asimetris
vesikuler
: 28 x/mnt tidak teratur
: ronkhi basah
: ada dan sering
: ada, kental dan berwarna kehijauan




: dirasakan klien bila batuk
: 84 x/mnt tidak teratur
:  tidak ditemukan kelainan




: supel, dapat kembali cepat
: tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri tekan
: tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri tekan
: tidak ditemukan
: tidak teraba dan tidak ditemukan nyeri ketok




: klien sudah menopause
:  tidak ada kelainan
tidak ditemukan

22

Kebersihan : cukup bersih

Infeksi


Ekstremitas :
Atas


Bawah

: tidak ditemukan tanda-tanda infeksi




: agak terganggu karena terpasang iv line kateter pada
tangan sebelah kanan
: dapat digerakkan dengan bebas







Integumen :
Turgor
Tekstur
Lain-lain


Pola nutrisi :







: kurang, tidak dapat kembali dengan cepat
: kurang supel atau elastis karena faktor ketuaan
:  tidak ditemukan kelainan kulit

23

Sebelum masuk RS    : makan 3 x sehari, makanan yang disukai ikan mas,
makanan pantangan sejenis gorengan
Setelah masuk RS      : makan 3 x sehari sesuai dengan jadwal diet RS, dengan
jenis diet MB TKTP, selera makan klien menurun


Pola minum :
Sebelum masuk RS    : 8 gelas perhari (2000 cc) dengan minuman kesukaan
kopi
Setelah masuk RS      : minum 8 gelas perhari (2000 cc) ditambah minuman
ektra dari RS


Pola elimimasi :
Eliminasi Bab :
Sebelum masuk RS    :  frekwensi 1 kali sehari, konsistensi lembek, berwarna
kuning dan tidak ditemukan kelainan
Setelah masuk RS      : frekwensi 2 kali  sehari, konsistensi lembek, berwarna
kuning dan tidak ditemukan kelainan


Eliminasi Bak :
Sebelum masuk RS    : lancar dengan frekwensi 4 kali sehari (1500 – 1750 cc),
berwarna kuning jernih dan tidak ditemukan kelainan
Setelah masuk RS      : lancar dengan frekwensi 5 kali sehari (1500 – 2000 cc),
berwarna seperti teh dan tidak ditemukan kelainan







Pola istirahat :

24

Sebelum masuk RS    : kebiasaan tidur siang 1 jam saja dalam sehari, kebiasaan
tidur malam 6 jam dan tidak mengalami kesukaran
dalam tidur
Setelah masuk RS      : kebiasaan tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 jam,
sering sukar tidur karena batuk yang dialami klien dan
suasana rumah sakit yang tidak tenang. Diatasi klien
dengan menonton tv sebelum tidur



Pola aktifitas 


: klien hanya  berada di rumah sepanjang hari dan
mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan saja



Kebersihan perorangan :
Sebelum masuk RS    :  mandi 2 kali sehari, gosok gigi tiap kali mandi dan
mencuci rambut 2 kali seminggu
Setelah masuk RS      : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci
rambut belum pernah

Hambatan

:  terpasangnya iv line cateter pada lengan kanan klien



9.   Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan lab

: Hb 9 gr%, LED 75 mm/jam, leukosit 11.000 mm3

Pemeriksaan sputum  : BTA (+)

Foto thoraks

: kesan tuberkulosis paru








Analisa Data

25


No Data
1     Data subjektif :

Kemungkinan
penyebab
Sekresi mukus yang

Masalah
Tidak efektifnya

Klien mengatakan sekret sukar  mengental

di

jalan nafas

dikeluarkan apabila            batuk,

saluran nafas bagian

tenggorokan terasa gatal dan tidak   atas
nyaman


Data objektif :

Klien

terlihat

kesulitan

mengeluarkan    sputum apabila
batuk, klien keringatan, terlihat
sesak, lemah dan kecapekan
2     Data subjektif :
Klien mengatakan tidak selera
makan, perut terasa tidak enak dan
mual


Data objektif :
Diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB di bawah ideal untuk






Anoreksia






Gangguan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi :
kurang             dari
kebutuhan tubuh

bentuk tubuh dan berat, klien
tampak      lemah dan           tidak
bersemangat


Prioritas diagnosa keperawatan :
1.   Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental
di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar
dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien
terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat
sesak, lemah dan kecapekan



26


2.   Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan, perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan
tidak bersemangat




B.  RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Diagnosa keperawatan, Tujuan,
Kriteria hasil, Intervensi, Rasional, Implementasi dan Evaluasi)
1.   Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental
di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar
dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien
terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat
sesak, lemah dan kecapekan


Tujuan   : pola nafas efektif kembali dengan kriteria sekret dapat dikeluarkan
klien, batuk berkurang dan rasa nyaman pada dada terpenuhi.


Rencana tindakan :
    Berikan posisi semi fowler (membantu memaksimalkan ekspansi paru
sehingga mempermudah pengeluaran sekret)
    Anjurkan klien untuk banyak minum air hangat (membantu mengencerkan
sekret)
    Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea (mencegah terjadinya obstruksi
jalan nafas)
    Kolaborasi     dengan dokter        dalam pemberian terapi ekpektoran
(mempermudah dan mengencerkan sekret)


Implementasi :
o Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler dan memastikan respon
klien terhadap posisi merasa nyaman


27


o Menyediakan air minum di sisi tempat tidur klien dan memberitahu klien
untuk memanggil perawat bila butuh air minum
o Menganjurkan kepada keluarga dan klien untuk tetap membersihkan sekret
dari mulut dan bila tidak bisa sendiri laporkan kepada perawat
o Menganjurkan klien buang bersin atau batuk menutup mulut dengan tisu dan
buang dahak pada tempat yang telah disediakan (sputum pot)
o Memberikan obat Dexophan syrup 3 x sehari sesuai indikasi


Evaluasi :
   Subjektif : klien mengatakan masih sekret sukar dikeluarkan apabila batuk,
tenggorokan masih terasa gatal dan cukup nyaman dengan perubahan posisi 
   Objektif : klien masih terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk,
klien keringatan, masih sesak, lemah, kecapekan, klien minum banyak,
minum obat sesuai petunjuk
   Analisis : jalan nafas masih belum adekuat
   Planning : lanjutkan rencana tindakan


2.   Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan, perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan
tidak bersemangat


Tujuan   : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh
dengan kriteria selera makan klien meningkat, diet yang disajikan
habis dimakan, BB klien meningkat dan tubuh segar/tidak lemas


Rencana tindakan :
    Anjurkan klien makan sedikit tapi sering dengan makanan yang mengandung
TKTP (membantu memaksimalkan masukan nutrisi)
    Beri diet yang bervariasi (menghilangkan kebosanan sehingga nutrisi
terpenuhi)


28


      Pantau masukan dan pengeluaran serta timbang berat badan secara periodik
(berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan)
    Kaji anoreksia, mual dan muntah (mengidentifikasi gangguan pemasukan
nutrisi )
    Dorong dan berikan periode istirahat sering (membantu menghemat energi
khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam)
    Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah, kecuali bila
kontraindikasi (membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan
membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural)
    Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet (memberikan bantuan
dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat)


Implementasi :
o Menganjurkan klien untuk memakan makanan yang disajikan sedikit demi
sedikit dan jelaskan kepada klien manfaat makanan yang disajikan
mengandung TKTP dan sangat membantu dalam proses penyembuhannya
o Mengajurkan keluarga untuk membawa makanan dari rumah dan tidak
kontraindikasi dengan keadaan klien
o Mengajurkan klien untuk lebih banyak istirahat untuk menghemat energi dan
memaksimalkan penyerapan nutrisi tubuh
o  Berkolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan tingkat gizi yang
diperlukan klien


Evaluasi :
   Subjektif : klien mengatakan selera makan masih masih kurang, perut masih
terasa tidak enak dan masih mual
   Objektif : diet yang disajikan hanya habis 2/3  porsi, BB masih di bawah
ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien masih tampak lemah dan tidak
bersemangat
   Analisis : kebutuhan nutrisi klien masih belum dapat terpenuhi secara
adekuat
   Planning : lanjutkan rencana tindakan












Tgl












Dx.





CATATAN PERKEMBANGAN





Implementasi












Evaluasi

29

23/10/01 1        o Mengatur posisi klien       S : klien mengatakan sekret sudah

dengan posisi          semi

agak

mudah dikeluarkan,

fowler 
o Menyediakan air minum
di sisi tempat tidur klien 
o Menganjurkan kepada
keluarga dan klien untuk

tenggorokan sudah mulai lega dan
cukup nyaman dengan perubahan
posisi 
   O     :      klien     terlihat     mampu
mengeluarkan sputum saat batuk,

tetap

membersihkan

klien keringatan, masih terlihat

sekret dari mulut 

sesak, lemah, kecapekan, klien

o Menganjurkan

klien

minum banyak, minum obat sesuai

buang bersin atau batuk

petunjuk

menutup mulut dengan      Analisis : jalan nafas masih belum

tisu dan buang dahak

adekuat

pada tempat yang telah       Planning :         lanjutkan     rencana

disediakan (sputum pot)
o Memberikan obat
Dexophan syrup 3 x
sehari sesuai indikasi

tindakan



23/10/01 2        o Menganjurkan
untuk memakan


klien  S : klien mengatakan selera makan
masih masih kurang, perut masih

makanan yang disajikan
sedikit demi sedikit
o Mengajurkan   keluarga
untuk membawa
makanan dari rumah dan
tidak kontraindikasi

terasa tidak enak dan masih mual
 O : diet yang disajikan hanya habis
2/3  porsi, BB masih di bawah ideal
untuk bentuk tubuh dan berat, klien
masih tampak lemah dan tidak
bersemangat






dengan keadaan klien

30


 Analisis : kebutuhan nutrisi klien

o Mengajurkan

klien

masih belum dapat terpenuhi secara

untuk     lebih     banyak

adekuat

istirahat

untuk  Planning : lanjutkan rencana tindakan

menghemat energi dan
memaksimalkan
penyerapan nutrisi tubuh


24/10/01 1        o Mengatur posisi klien       S : klien mengatakan sekret sudah

pada posisi

yang

agak

mudah dikeluarkan,

dirasakan klien nyaman 
o Menyediakan air minum
di sisi tempat tidur klien 
o Menganjurkan kepada
keluarga dan klien untuk

tenggorokan sudah mulai lega dan
cukup nyaman dengan perubahan
posisi 
   O     :      klien     terlihat     mampu
mengeluarkan sputum saat batuk,

tetap

membersihkan

masih terlihat sesak, lemah,  klien

sekret dari mulut 

minum banyak, minum obat sesuai

o Menganjurkan

klien

petunjuk

buang bersin atau batuk     Analisis : jalan nafas masih belum

menutup mulut dengan

adekuat

tisu dan buang dahak         Planning :         lanjutkan     rencana

pada tempat yang telah
disediakan (sputum pot)
o Memberikan obat
Dexophan syrup 3 x
sehari sesuai indikasi

tindakan



24/10/01 2        o Menganjurkan
untuk memakan


klien  S : klien mengatakan selera makan
sudah mulai bertambah, rasa mual

makanan yang disajikan
sedikit demi sedikit

sudah hilang
 O : diet yang disajikan habis

o Menganjurkan keluarga    dimakan, BB masih di bawah ideal






untuk membawa
makanan dari rumah dan
tidak kontraindikasi
dengan keadaan klien

31


untuk bentuk tubuh dan berat, klien
tampak segar dan bersemangat
 Analisis : kebutuhan nutrisi klien
sudah dapat terpenuhi secara bertahap

o Mengajurkan

klien  Planning : lanjutkan rencana tindakan

untuk     lebih     banyak

istirahat

untuk

menghemat energi dan
memaksimalkan
penyerapan nutrisi tubuh







BAB IV
PEMBAHASAN

32





Setelah penulis mempelajari tinjauan teroritis dan membandingkannya dengan tinjauan
kasus, maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan penyakit TB paru yang antara
lain :


A.  PENGKAJIAN
Selama dalam tahap pengkajian terhadap klien Ny. T baik dalam wawancara dan
obserbvasi tidak menemui hambatan yang berarti. Hal ini terjadi karena respon yang
positif klien terhadap perawat dan dukungan dari keluarga yang menginginkan agar
klien cepat sembuh, walaupun penyakit yang dialami klien merupakan penyakit
menular dan merupakan penyakit yang sangat dirakuti oleh masyarakat pada
umumnya karena menyangkut interaksi sosial. Pengkajian yang dilakukan penulis
meliputi pengumpulan data yang dibantu oleh informasi dari klien sendiri dan
informasi dari keluarga klien serta dari status klien dengan berkolaborasi dengan
dokter yang menangani klien selama berada di Rumah Sakit Imelda Medan.
Informasi yang didapatkan sesuai dengan keadaan klien yang dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan dokter dan pemeriksaan penunjang yang menunjukkan bahwa
klien benar mengidap penyakit TB paru dengan BTA (+).


Setelah data-data tersebut di dapat, kemudian dikelompokkan sesuai dengan
masalah yang dialami klien dan kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan klien
melalui analisa data dan di dapatkan diagnosa keperawatan klien antara lain :
1.   Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan sekresi mukus yang mengental
di saluran nafas bagian atas ditandai dengan klien mengatakan sekret sukar
dikeluarkan apabila batuk, tenggorokan terasa gatal dan tidak nyaman, klien
terlihat kesulitan mengeluarkan sputum apabila batuk, klien keringatan, terlihat
sesak, lemah dan kecapekan



33


2.   Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak selera
makan, perut terasa tidak enak dan mual, diet yang disajikan hanya habis ½
porsi, BB di bawah ideal untuk bentuk tubuh dan berat, klien tampak lemah dan
tidak bersemangat


Kedua diagnosa keperawatan di atas didapatkan pada landasan teoritis. Hal ini
menunjukkan bahwa keadaan klien benar mengalami penyakit gangguan saluran
pernafasan dengan kasus TB paru. Tidak semua tindakan yang didapatkan pada
tinjauan teoritis di laksanakan oleh penulis, namun hanya beberapa saja yang dapat
dilaksanakan karena respon dan masalah yang dialami Ny. T masih dalam batas
dapat ditoleransi dan dapat disembuhkan apabila partisipasi aktif klien dan keluarga
optimal. Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan ini perlu
dilakukan hubungan interaksi yang baik dan komunikasi terapeutik dengan klien
dan keluarga disebabkan dapat menimbulkan perasaan rendah diri bagi klien karena
penyakit yang dialaminya menimbulkan isolasi sosial. 






B.  TAHAP PERENCANAAN
Dalam tahap perencanaan, penulis merencakan tindakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang didapatkan dengan membandingkan antara landasan teoritis
dengan masalah yang dialami klien dan respons klien terhadap masalah yang
dialaminya. Sehingga rencana yang dibuat lebih spesifik ke pemenuhan kebutuhan
klien saat itu tanpa mengabaikan kebutuhan klien jangka panjang. Dan ditetapkanlah
tujuan yang hendak dicapai dan mudah untuk dikerjakan serta ditentukan kriteria
hasil yang mudah diobservasi sehingga dalam evaluasi lebih mudah untuk
menilainya.






C.  TAHAP PELAKSANAAN

34

Dalam tahap pelaksanaan ini penulis tidak mengalami hambatan yang berarti sebab
klien dan keluarga sangat kooperatif dengan rencana tindakan yang penulis telah
utarakan dan percaya bahwa tindakan yang telah direncanakan tersebut sangat
membantu untuk penyembuhan klien. Dalam pelaksanaan partisipasi aktif dari klien
sangat baik dan mau mengikuti anjuran yang diberikan penulis sehingga dalam
waktu yang singkat masalah yang dialami klien dapat teratasi dengan baik. Dalam
tahap pelaksanaan ini, penulis juga melibatkan klien Ny. T dan keluarga dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan dengan melibatkan partisipasi klien dalam
mencegah penularan penyakit TB paru terutama di lingkungan rumah sakit. Klien
Ny. T bila batuk atau bersin menutup mulut dengan tissue yang telah disediakan 
dan bila buang dahak di tempat yang telah disediakan yaitu sputum pot bertutup.




D.  TAHAP EVALUASI
Dalam tahap evaluasi penulis melibatkan klien dan keluarga untuk melihat
kemajuan yang dialami klien yang meliputi pola nafas efektif kembali dengan
kriteria sekret dapat dikeluarkan dengan baik oleh klien, batuk sudah mulai
berkurang dan rasa terpenuhinya rasanyaman pada dada. Juga kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan kriteria selera makan klien
sudah mulai meningkat, diet yang disajikan habis dimakan, BB klien tidak diukur
karena berat badan awal tidak ditimbang secara benar atau hanya merupakan
taksiran klien/keluarga dan tubuh klien terasa segar dan tidak lemas lagi.















A.  KESIMPULAN





BAB V
PENUTUP

35

1.   Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami
gangguan saluran pernafasan  : TB paru diperlukan proses keperawatan yang
jelas dan sistematis dengan melibatkan peran serta klien dan keluarga, sehingga
terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat-klien-keluarga. Hal ini akan
sangat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
dengan yang direncanakan berdasarkan masalah yang dialami klien, karena
masalah yang dialami klien kompleks berhubungan dengan faktor interaksi
sosial di masyarakat dan penerimaan masyarakat terhadap klien bila sudah
dinyatakan sembuh dari rumah sakit.


2.   Penyakit TB paru adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Penyakit ini bukanlah
merupakan penyakit keturunan, melainkan penyakit menular yang dapat
ditularkan dari satu individu ke individu lainnya melalui udara yang disebut
dengan droplet nuklei (bintik-bintik udara yang keluar pada saat batuk/bersin
atau dari saluran pernafasan). 


3.   Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan penyakit TB paru, perlu
melibatkan keluarga untuk membina hubungan formal dalam keluarga dan
menghindarkan anggota keluarga lainnya dari tertularnya penyakit TB paru
karena tahu cara perawatan dan pencegahan penyakit selama proses belajar di
rumah sakit.







B.  SARAN

36

1.   Hendaknya klien yang mengalami penyakit penyakit TB paru tidak merasa
rendah diri berhubungan dengan penyakit yang dialaminya, sebab pada dasarnya
manusia tidak menginginkan sakit, namun situasi dan kondisi tubuh yang
melemah seiring dengan proses penuaan maka kuman dapat menyerang dengan
aktif. Penyakit TB paru tidak perlu ditakuti sebab dapat disembuhkan bila rajin
berobat dan tidak berhenti saat proses pengobatan sedang berlangsung.


2.   Bila klien mengalami tanda dan gejala seperti batuk-batuk diiringi dengan sekret
kental dan berwarna kehijauan atau bercampur darah segar, dianjurkan untuk
segera berobat ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan paripurna sehingga
dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dan mengurangi beban
keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit


3.   Perawatan sesuai dengan prosedur perawatan sangat mendukung dalam
penyembuhan klien dengan gangguan sistem pernafasan, sebab itu tenaga
perawat perlu dibekali ilmu dan pengetahuan yang baik tentang prosedur
perawatan yang lazim dilaksanakan kepada klien dengan gangguan sistem
pernafasan.


4.   Penyakit TB paru merupakan salah satu penyakit yang menjadi program
pemerintah untuk ditanggulangi. Apabila klien mengalami kesulitan dalam
pengobatan, anjurkan untuk melaporkan diri ke Puskesmas terdekat atau pusat
pelayanan masyarakat yang bergerak terhadap pencegahan penyakit TB paru.
Previous
Next Post »

Translate