Salam Sehat dan Harmonis

-----

MAKALAH ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI



MAKALAH

ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI










PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURABAYA
 
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah dengan judul “ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI” yang disusun oleh:
Telah di setujui dan disahkan pada:
Hari                 :
Tanggal           :


Mengetahui
Dosen Pembimbing


Umi Ma’rifah, SST



KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “ASI, LAKTASI DAN MENYUSUI” ini dapat diselesaikan.
            Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Umi Ma’rifah, SST yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
            Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami memohon saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya membangun.
           
                                                                                   
                                                                                    Surabaya, 30 maret 2010

                                                                                                Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
BAB 1 .. PENDAHULUAN............................................................................
1.1        Latar belakang..........................................................................
1.2        Rumusan masalah.....................................................................
1.3        Tujuan.......................................................................................
BAB 2    PEMBAHASAN...............................................................................
2.1    ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA.......................
2.1.1   Letak............................................................................
2.1.2   Bentuk.........................................................................
2.1.3   Ukuran…....................................................................
2.1.4   Struktur Makroskopis..................................................
2.1.5   Struktur Mikroskopis...................................................
2.1.6   Vaskularisasi..................................................................
2.1.7   Drainase Limfatik..........................................................
2.1.8   Persarafan......................................................................
2.2    FISIOLOGI LAKTASI..........................................................
2.2.1  Produksi ASI ..............................................................
2.2.2   Pengeluaran air susu...................................................
2.2.3   Pemeliharaan laktasi...................................................
2.3   PENGARUH HORMONAL DALAM
        PEMBENTUKAN ASI............................................................
2.3.1   Progesteron....................................................................
2.3.2   Estrogen.........................................................................
2.3.3   Follicle Stimulating Hormone........................................
2.3.4   Luteinizing Hormone.....................................................
2.3.5   Prolaktin........................................................................
2.3.6   Oksitisin.........................................................................
2.3.7   Human Placenta Lactogen.............................................
2.4   KOMPOSISI ASI.................................................................... .
2.5   KEUNTUNGAN DAN MANFAAT ASI...............................
2.5.1   Keuntungan ASI...........................................................
2.5.2   Manfaat ASI..................................................................
2.6   FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI......
2.6.1   Frekuensi penyusuan.....................................................
2.6.2   Berat lahir......................................................................
2.6.3   Umur kehamilan saat melahirkan...................................
2.6.4   Umur dan paritas...........................................................
2.6.5   Stress dan penyakit akut................................................
2.6.6   Konsumsi rokok.............................................................
2.6.7   Konsumsi alcohol..........................................................
2.6.8   Pil kontrasepsi................................................................
2.7   MASALAH DALAM MENYUSUI........................................
2.7.1   Lama dan frekuensi menyusui.......................................
2.7.2   Masalah menyusui masa pasca persalinan lanjut............
2.7.3   Masalah menyusui pada bayi.........................................
2.8   PERAWATAN ANTENATAL DAN POSTNATAL
        PADA PAYUDARA................................................................
2.8.1   Perawatan antenatal.......................................................
2.8.2   Perawatan postnatal.......................................................
BAB 3    PENUTUP.........................................................................................
3.1    Simpulan...................................................................................

3.2    Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................









DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1  Struktur Payudara…………………………………………………
Gambar 2.2  Bentuk Putting Susu Normal……………………………………...
Gambar 2.3  Bentuk Putting Susu Pendek………………………………………
Gambar 2.4  Bentuk Putting Susu Panjang……………………………………..
Gambar 2.5  Bentuk Putting Susu Terbenam/Terbalik…………………………
Gambar 2.6  Payudara saat Laktasi……………………………………………..
Gambar 2.7  Pembentukan ASI…………………………………………………
Gambar 2.8  Refleks Oksitosin…………………………………………………
Gambar 2.9  Tehnik Memerah Susu……………………………………………










BAB 1
PENDAHULUAN

1.1       LATAR BELAKANG
Meningkatnya perjuangan hak-hak asasi wanita dalam  meniti karier untuk bekerja diluar rumah sampai pada titik kritis dengan meninggalkan tugas utamanya untuk memberi ASI dan menggantikan dengan susu botol (formula). Disamping itu propaganda susu formula demikian gencarnya sehingga mereka yang merasa diri mampu dan terpelajar,merasa makin meningkat kedudukannya bila dapat menggantikan ASInya dengan susu formula.
Kecenderungan demikan telah mencapai titik yang sangat rawan sehingga pemerintah mengambil sikap untuk dapat mengembalikan fungsi hakiki wanita untuk dapat memberikan ASI. Ketetapan tersebut diikuti upaya mengembalikan fungsi wanita untuk dapat memberikan ASI tanpa menghalangi kesempatan sebagai wanita karier.
Saat ini usaha untuk meningkatkan penggunaan ASI telah menjadi tujuan global setiap tahun pada tangga 1-7 Agustus adalah pecan ASI sedunia. Di Indonesia walaupun sejak tahun 1992 telah dilakukan kegiatan Rumah Sakit Sayang Bayi kemudian di tambah lagi dengan kegiatan Rumah Sakit Sayang Ibu sejak 1999,situasi menyusui masih belum seperti yang diharapkan. Harapannya adalah bahwa di Indonesia pemberian ASI pada tahun 2010 menjadi 80%. Kenyataannya pada SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2002-2003 walaupun pemberian ASI rata-rata 22,3 bulan tetapi inisiasi dini pemberian ASI <1 jam hanya 3,7%,ASI ekslusif 0-4 bulan 55,1%,ASI ekslusif 0-6 bulan 39,5%;rata-rata durasi ASI ekslusif 1,6 bulan; penggunaan botol 32,4%.








1.2       RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana anatomi dan fisiologi payudara?
2.      Bagaimana fisiologi laktasi?
3.      Bagaimana pengaruh hormonal dalam pembentukan ASI?
4.      Apa saja komposisi air susu ibu?
5.      Apa saja keuntungan dan manfaat pemberian air susu ibu?
6.      Bagaimana proses pembentukan ASI?
7.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI?
8.      Apa saja masalah-masalah dalam menyusui?
9.      Bagaimana memberikan perawatan payudara antenatal dan postnatal?


1.3       TUJUAN
Tujuan umum:
1.      Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi payudara.
2.      Untuk mengetahui bagaimana fisiologi laktasi.

Tujuan khusus:

1.      Untuk mengetahui apa saja komposisi air susu ibu.
2.      Untuk mengetahui pengaruh hormonal dalam pembentukan ASI.
3.      Untuk mengetahui keuntungan dan manfaat  pemberian air susu ibu.
4.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI.
5.      Untuk mengetahuiapa saja  masalah-masalah dalam menyusui.
6.      Untuk mengetahui apa saja perawatan payudara antenatal  dan postnatal.





BAB 2
PEMBAHASAN

2.1              ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA
Gambar 2.1  Struktur Payudara
(http://www.m3undip.org)

Payudara wanita disebut juga glandula mammaria,adalah alat reproduksi tambahan.

2.1.1        Letak
Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.

2.1.2        Bentuk
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bulat dan mempunyai ekor(cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axila (disebut cauda axiallaris spences)

2.1.3        Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu,juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain.

2.1.4        Struktur Makroskopis
a.       Cauda axillaris
 adalah jaringan payudara yang meluas kearah axilaris
b.      Areola
adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada wanita yang berkulit coklat,dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu hamil. Didaerah  areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan di sebut tuberculum Montgomeri.
c.       Papilla mammae
Terletak dipusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.
puting 1
Gambar 2.2 Bentuk puting susu normal
puting 2
Gambar 2.3 Bentuk puting susu pendek

puting 3
Gambar 2.4 Bentuk puting susu panjang
puting 4
Gambar 2.5 Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
(http://sobatbaru.blogspot.com)





2.1.5        Struktur mikrokospis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangun seperti berikut:
a.       Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu,disebut acini,yang mengekstrasi factor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Disekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel ‘keranjang’ (basket cell).  Atau sel ‘laba-laba’ (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam ductus lactifer.
b.      Tubulus lactifer
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c.       Ductus lactifer
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d.      Ampulla
Adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar,yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola. Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.

2.1.6        Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria interna,arteria mammaria externa,dan arteria-arteria intercostalis superior.drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk kedalam vena mammaria interna dan vena axillaris.

2.1.7        Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama kedalam kelenjar axillaris,dan sebagian akan dialirkan kedalam fissure portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh limfatik dan masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.

2.1.8        Persyarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormone,tetapi kulitnya dipersyarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis,terutama disekitar areola dan papilla mammae

(sumber: sylvia;1-4)



2.2              FISIOLOGI LAKTASI
2.2.1   Produksi Air susu ibu
Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat ekstraksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin,lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke tubuli lactifer.
Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demuikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali tiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif .kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari,dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari,yang biasanya memang demikian,maka metode-metode  kontrasepsi yang lebih reliabel harus dipakai apabila ingin menghindari kehamilan.
Gambar 2.6 Payudara saat laktasi

2.2.2   Pengeluaran air susu
Apabila bayi disusui,maka gerakan menghisap yang beerima akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat didalam grandula pituitaria posterior. Akibat langsung reflek ini adalah dikeluarkanyya oksitosin dari pituitaria posterior: hal ini akan mneyebabkan sel-sel mioepitel (sel keranjang atau sel laba-laba) disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk kedalam pembuluh lactifer, dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir kedalam ampullae. Reflek ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit,misalnya jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk mendapatkan ibu dengan posisi yang nyaman,santai,dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam-jam menyusukan anak.
Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium (masa nifas)
2.2.3   Pemeliharaan laktasi
Dua factor penting pemeliharaan laktasi adalah:
a.       Rangsangan
Bayi yang minum air susu ibu perlu sering menyusu,terutama pada hari-hari neonatal awal. Penting bahwa bayi “di fiksasi” pada payudara dengan posisi yang benar apabila diinginkan untuk meningkatkan rangsangan yang tepat. Rangsangan gusi bayi sebaiknya berada pada kulit areola,sehingga tekanan diberikan pada ampulla yang ada dibawahnya sebagai tempat tersimpanyya air susu. Dengan demikian bayi minum dari payudara,dan bukan dari papilla mammae. Apabila ibu megeluh rasa sakit,maka bayi tidak terfiksasi dengan benar.
b.      Pengosongan payudara secara sempurna
Bayi sebaiknya mengosongkan satu payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila bayi tidak mengosongkan payudara yang kedua,maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Atau bayi mungkin sudah kenyang dengan satu payudara,maka payudara yang kedua digunakan pada pemberian air susu berikutnya. Apabnila diingibkan agar bayi benar-benar puas(kenyang),maka bayi perlu diberikan baik air susu pertama maupun air susu kedua pada saat sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara
(sumber: sylvia;10-11)






2.3              PENGARUH HORMONAL DALAM PEMBENTUKAN ASI

Gambar 2.7 Pembentukan ASI
(http://www.harunyahya.com)

Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara:
2.3.1        Progesteron
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran
2.3.2        Estrogen
 menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI
2.3.3        Follicle stimulating hormone (FSH)

2.3.4        Luteinizing hormone (LH)

2.3.5        Prolaktin
membesarnya alveoil dalam kehamilan.Hormon prolaktin /hormon produksi ASI dihasilkan oleh eklenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau haid.
2.3.6        Oksitosin

Gambar 2.8 Refleks oksitosin
(http://www.lusa.web.id)

 mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.Hormon oksitosin/ hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.
2.3.7        Human placental lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.


2.4              KOMPOSISI ASI

Rata-rata sampel ASI yang dikumpulkan selama 24 jam mengandung:
a.       Protein 1,5%
Jauh lebih mudah dicerna bayi jika dibandingkan dengan protein air susu sapi. Protein dari susu (curd) disebut kasein. Kadar protein yaitu laktalbumin dan laktoglobulin lebih besar pada ASI ibu dibanding air susu sapi.

b.      Lemak 3,5%
ASI mengandung lemak jenuh dan tidak jenuh yang sama kadarnya, yang dapat diabsorbsi oleh bayi secara lebih mudah dari pada butir-butir lemak yang terdapat pada susu sapi. Kadar kolesterol lebih tinggi dibanding air susu sapi. Diduga bahwa karena bayi telah belajar mengelola kolesterol pada stadium awal ini, maka terdapat insidens penyakit jantung yang lebih rendah dari pada masa dewasanya.

c.       Karbohidrat 7,0%
Mengandung factor bifidus, dan factor ini tidak terdapat didalam air susu sapi.

d.      Garam mineral 0,2%
Natrium dalam kadar yang ideal untuk bayi manusia, sedangkan kalsium fosfor magnesium kadarnya dalam ASI ibu cocok untuk bayi dibanding kadarnya yang lebih tinggi pada air susu sapi.

e.       Air 87,8%

f.       Vitamin
Kadar vitamin A, B, C, D, dan E lebih tinggi dibanding kadarnya dalam air susu sapi, tetapi terdapat lebih sedikit vitamin K dalam ASI. Dengan demikian beberapa ahli penyakit anak akan memberikan suntikan vitamin K kepada semua bayi baru lahir,tetapi cara demikian bukan merupakan prosedur yang diterima secara umum.

Faktor pelindung yang terdapat dalam air susu bu maupun didalam kolostrum:
1)      Imunoglubulin protektif
2)      Lactoferin
3)      Lisosom
4)      Faktor  antitrypsin
5)      Faktor bifidus

(sumber: sylvia;13-14)


2.5        KEUNTUNGAN DAN MANFAAT ASI
2.5.1   Keuntungan ASI
1)      Keuntungan untuk bayi
a.       ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi anda. Dengan komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat.
b.       ASI mudah dicerna oleh bayi dan jarang menyebabkan konstipasi.
c.        Nutrisi yang terkandung pada ASI sangat mudah diserap oleh bayi.
d.      ASI kaya akan antibody(zat kekebalan tubuh) yang membantu tubuh bayi untuk melawan infeksi dan penyakit lainnya.
e.        ASI dapat mencegah karies karena mengandung mineral selenium.
f.       Dari suatu penelitian di Denmark menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI sampai lebih dari 9 bulan akan menjadi dewasa yang lebih cerdas. Hal ini diduga karena Asi mengandung DHA/AA.
g.      Bayi yang diberikan ASI eksklusif samapi 4 bln akan menurunkan resiko sakit jantung bila mereka dewasa.
h.       ASI juga menurunkan resiko diare, infeksi saluran nafas bagian bawah, infeksi saluran kencing, dan juga menurunkan resiko kematian bayi mendadak.
i.         Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

2)      Keuntungan untuk ibu
a.       Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko perdarahan.
b.       Memberikan ASI juga membantu memperkecil ukuran rahim ke ukuran sebelum hamil.
c.       Menyusui (ASI) membakar kalori sehingga membantu penurunan berat badan lebih cepat.
d.       Beberapa ahli menyatakan bahwa terjadinya kanker payudara pada perempuan menyusui tercatat paling sangat rendah. Maka dari itulah, karena begitu besar manfaat dari ASI, maka WHO dan UNICEF menganjurkan agar para ibu memberikan ASI EKSKLUSIF yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping hingga bayi berusia 6 bulan.
Begitu banyak keuntungan yang diberikan Air Susu Ibu baik untuk ibu maupun bayi. Berikanlah Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi anda sebagai hadiah terindah dalam menyambut kelahirannya,

2.5.2          Manfaat ASI
Adapun beberapa manfaat ASI yaitu:
a.       ASI melindungi bayi anda dari masalah saluran pencerna seperti diare, masalah pernapasan seperti infeksi saluran napas serta infeksi telinga. ASI ekslusif tanpa makanan padat selama paling tidak enam bulan akan memberikan perlindungan yang lebih besar. Perkembangan penyakit peradangan usus seperti Penyakit Chrohn’s yang bisa terjadi dikemudian hari bisa dicegah dengan pemberian ASI.
b.      ASI dapat mencegah bayi dari penyakit alergi. Keadaan seperti alergi saluran percernaan atau alergi kulit seperti eczema dapat dicegah.
c.       Pemberian ASI dapat meningkatkan intelegensi anak anda. ASI memiliki hubungan dengan IQ atau kecerdasan yang tinggi. Adalah asam lemak dalam ASI yang memiliki peran terhadap perkembangan otak anak.
d.      Penyapihan dengan ASI dapat mencegah obesitas dikemudian hari. Penelitian memperlihatkan pemberian ASI sedini mungkin berkaitan dengan penurunan resiko obesitas.
e.       Pemberian ASI dapat mencegah bayi dari penyakit leukemia. Baik itu Leukemia akut limfoblastik maupun leukemia akut myeloid.
f.       Selain itu menyusui dengan ASI juga mampu mencegah perkembangan penyakit DM atau diabetes melitus tipe 1, penyakit gula yang disebabkan oleh kerusakan pada pankreas.
g.      Dengan pemberian ASI infeksi dan tekanan darah tinggi yang mungkin terjadi kemudian dapat dicegah.
h.      ASI dapat menurunkan resiko Sindrom Kematian Bayi Tiba-tiba atau SIDS-sudden infant death syndrome-.
i.        Buat ibu yang menyusui sendiri dengan menyusui itu akan membantu menurunkan berat badan yang berlebih.
j.        Keuntungan lainnya bagi ibu adalah mengurangi tingkat stres dan menurunnya tingkat perdarahan pasca melahirkan/pasca salin atau hemorrhagic postpartum.


k.      Penelitian menunjukkan bahwa ibu semakin lama menyusui maka semakin terproteksi dari kanker payudara dan kanker ovarium.
l.        Dan terakhir dan mungkin penting diperhatikan oleh ibu adalah menyusui dapat memproteksi terjadinya osteoporosis dikemudian hari.

2.6         FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI

2.6.1   Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama  bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi  prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN,  1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2  minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang  cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini  direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal  setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan  stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2.6.2          Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.  Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan  dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat  erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik  yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan  hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan  mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).  Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama  penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan  mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
2.6.3        Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan  bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan  tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada  bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur  dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

2.6.4   Umur dan Paritas
Umur dan paritas tidak berhubungan atau kecil hubungannya dengan  produksi ASI yang diukur sebagai intik bayi terhadap ASI. Lipsman et al (1985)  dalam ACC/SCN (1991) menemukan bahwa pada ibu menyusui usia remaja dengan  gizi baik, intik ASI mencukupi berdasarkan pengukuran pertumbuhan 22 bayi dari  25 bayi. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari  keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali  (Zuppa et al, 1989 dalam ACC/SCN, 1991), meskipun oleh Butte et al (1984) dan  Dewey et al (1986) dalam ACC/SCN, (1991) secara statistik tidak terdapat  hubungan nyata antara paritas dengan intik ASI oleh bayi pada ibu yang gizi baik.
2.6.5        Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi  produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan  berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. Studi lebih lanjut  diperlukan untuk mengkaji dampak dari berbagai tipe stres ibu khususnya  kecemasan dan tekanan darah terhadap produksi ASI. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi
ASI.

2.6.6        Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon  prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan  adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi  Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan  penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun  demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak  perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai  insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa  ibu yang merokok lebih dari 15 batang   rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50%  lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan  yang tidak merokok.
2.6.7        Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu  merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain  etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan  merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan  ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg  mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal (Matheson, 1989).
2.6.8        Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan  dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986  dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka  tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives,  1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil  progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.

Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan  bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan  bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI  (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi  dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari precursor yang ada  di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal  dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan  vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi  dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi  komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang  mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik  pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan  status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau  negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat  gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI  diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan  beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak  langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan, status gizi  ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non fisiologi meliputi aspek  lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol.

2.7              MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI
2.7.1   Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
2.7.2   Masalah Menyusui Masa Pasca Persalinan Lanjut
1)      Sindrom ASI Kurang
Masalah sindrom ASI kurang diakibatkan oleh kecukupan bayi akan ASI tidak terpenuhi sehingga bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak terasa membesar. Namun kenyataannya, ASI sebenarnya tidak kurang. Sehingga terkadang timbul masalah bahwa ibu merasa ASInya tidak mencukupi dan ada keinginan untuk menambah dengan susu formula. Kecukupan ASI dapat dinilai dari penambahan berat badan bayi secara teratur, frekuensi BAK paling sedikit 6 kali sehari.
2)      Ibu Bekerja
Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya. Banyak cara yag dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut,antara lain:
  1. Bawalah bayi anda jika tempat kerja ibu memungkinkan.
  2. Menyusui sebelum berangkat bekerja.
  3. Perahlah ASI sebagai persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja.
  4. Di tempat kerja, ibu dapat mengosongkan payudara setiap 3-4 jam.
  5. ASI perah dapat disimpan di lemari es atau freezer.
  6. Pada saat ibu di rumah, susuilah bayi sesering mungkin dan rubah jadwal menyusui.
  7. Minum dan makan makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama bekerja dan menyusui.
Gambar 2.9 Tehnik memerah susu

2.7.3                      Masalah Menyusui Pada Bayi
1)      Bayi sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI
2)      Bayi Bingung putting (Nipple Confusion)
Bingung Puting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayi bingung puting antara lain:
a.       Bayi menolak menyusu
b.      Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar
c.       Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
Hal yang perlu diperhatikan agar bayi tidak bingung puting antara lain:
a.       Berikan susu formula menggunakan sendok ataupun cangkir.
b.      Berikan susu formula dengan indikasi yang kuat.
3)      Bayi dengan BBLR dan bayi prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
4)      Bayi dengan ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
a.       Segeralah menyusui bayi setelah lahir.
b.      Menyusui bayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.
5)      Bayi dengan Bibir sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah.
Anjuran menyusui pada keadaan ini dengan cara:
a.       Posisi bayi duduk.
b.      Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
c.       Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
d.      Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-langit).
6)      Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian. Susuilah bayi sesering mungkin. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
7)      Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolahkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.
8)      Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
2.8          PERAWATAN ANTENATAL DAN POSTNATAL PADA PAYUDARA
2.8.1   Perawatan Antenatal
1)      Gizi
Tidak perlu perubahan kebiasaan makanan apabila calon ibu telah mempunyai gizi yang baik dengan makanan yang seimbang. Walaupun demikian,klinik antenatal memberikan kesempatan yang sangat baik untuk memperbaiki diet para wanita yang makan secara tidak benar. Peningkatan asupan protein harian dianjurkan oleh beberapa ahli gizi,demikian juga halnya dengan kalsium,suatu mineral yang disimpan untuk persiapan laktasi. Zat besi juga disimpan untuk persediaan kebutuhan bayi saat bayi minum air susu ibu dan dengan demikian diet ibu harus terdiri dari makanan harian yang mengandung mineral-mineral tersebut. Tambahan zat besi, yang diberikan bersamam dengan asam folat, diberikan selama kehamilan oleh beberapa dokter ahli kebidanan, tetapi tidak ada aturan umum mengenai hal ini. Vegans dan beberapa vegetarian (orang yang hanya makan dari bahan nabati atau tumbuhan) memerlukan nasihat tambahan mengenai diet mereka selama kehamilan.

2)      Pemeriksaan
Pemeriksaan payudara dilakukan pada kunjungna pertama antenatal sebgai bagian dari pemeriksaan umum,dan payudara dipalpasi untuk mengesampingkan adanya massa. Tanda-tanda kehamilan meliputi penampakan vena-vena dan perubahan pigmentasi dan perlu diamati adnya tuburculum mentgomery
Perlu dicatat pula mengenai operasi payudara yang pernah dialami ibu. Pengangkatan kista payudara mestinya tidak akan menimbulkan massalah terhadap terjadinya laktasi,tetapi setelah mengalami mammo-plasti metode tertentu atau mengalami reposisi papilla mammae,maka pemberian air susu ibu tidak mungkin dilakukan.
3)      Hygiene
Hygiene yang diperlukan adalah kebersihan sehari-hari yang biasa. Pemakaian sabun pada papilla mammae dan areola mammae sebaiknya dihindari,karena kebanyakan sabun akan merusak minyak pelindung alami yang disekresi oleh tuberkulum Montgomery.
4)      Penopang
Sebagian besar wanita merasa lebih nyaman memakai bra (kutang).karena ukuran dan berat payudara meningkat selama kehamilan,maka bidan dapat diminta nasihatnya mengenai desain yang sesuai.dimungkinkan untuk mendapatkan bra yang ukurannya 10 cm dan dengan demikian daapt dipakai selama kehamilan,karena penopang ini juga cocok untuk dipakai pada masa laktasi. Untuk kenyamanan,penopang ini perlu selempang bahu yang lebar dan pita diafragma yang dalam. Penopang payudara untuk ibu menyusui yang ditawarkan melalui iklan,yang mempunyai potongan yang dapat dibuka,seyogyanya tidak dipakai,karena akan meningkatkan tekanan disekeliling payudara. Beberapa wanita juga senang memakai penopang payudara pada malam hari karena payudara mereka menjadi lebih berat.
5)      Pendidikan
Kelas-kelas bagi calon orang tua selalu memasukkan modul yang berhubungan dengan makanan bayi dan menjelang akhir kehamilan yaitu trimester terakhir,mungkin merupakan waktu yang paling efektif

2.8.2        Perawatan postnatal
1)      Kesehatan umum
Istirahat yang cukup dan menghindari kecemasan merupakan faktor yang sangat pentimg dan suasana di sekitar ibu harus tetap setenang mungkin. Sekarang kecemasan tidak lagi dipercaya dapat memengaruhi reflex neorohormonal,walaupun demikian suasana yang menyenagkan sangat kondusif bagi laktasi yang berhasil dan ikatan ibu/bayi yang baik. Kelelahan diremehkan sebagai faktor yang ikut berperan dalam kegagalan pemberian air susu ibu.
2)      Penopang
Seperti pada wanita dimasa anteanatal,kebanyakan para ibu lebih nyaman memakai bra,terutama pada hari ke -2 dan ke-3 saat payudara mulai terisi jenis-jenis bra. Yang dipakai selama kehamilan juga cocok untuk dipakai saat postnatal. Kolostrum atau air susu ibu dapat menetes (keluar dengan sendirinya) dari payudara,sehingga bantalan penghisap sekali pakai dapat dipakai di sebelah dalam bra.
3)      Kebersihan
Biasanya kebersihan sehari-hari seperti pada masa antenatal
4)      Tehnik Memberi Air Susu
Setelah kelahiran ysng normal,maka bayi diberi minum air susu ibu dibangsal bersalin. Apabila kelahiran tidak normal,maka pemberian air susu ibu dapat dilakukan segera setelah kondisi ibu dan bayi memungkinkan. Tidak ada aturan yang pasti mengenai hal ini,tetapi pada beberapa jam pertama ibu biasanya lama mendekapkan bayinya pada payudara dan memberikan air susunya. Terdapat sedikit air susu didalam payudara segera setelah melahirkan,namun reflex mengisap naluriah bayi sebaiknya dipuaskan juga. Pemberian yang pertama yang meskipun hanya sedikit akan memuaskan ibu dan bayi. Dan harus dibantu oleh bidan terampil yang bias mengajari ibu bagaimana memfiksasi bayi secara benar.
Kadar prolaktin meningkat sebanding dengan frekuensi minim air susu ibu,makin sering bayi minum air susu ibu,maka masa peralihan dari kolostrum menjadi air susu ibu yang matur akan makin singkat. Karena mengisap juga merangsang produksi oksitosin,maka akan makin cepat terjadinya reflex neurohormonal. Bayi sebaiknya juga diberi air susu ibu oleh ibunya pada malam hari,dan bukannya diberi makanan tambahan sekedar agar tidak mengganggu ibu pada malam hari. Produksi air susu ibu terus berlangsung pada malam hari,saat kadar prolaktin paling tinggi,dan apabila payudara tidak dikosongkan,maka alveoli akan mengalami kongesti(bendungan) dan terjadi pembengkakan karena air susu.

5)      Pemeriksaan Harian
Pemeriksaan payudara dan papilla mammae harian untuk menilai aliran dan banyaknya air susu ibu serta untuk menyingkirkan adanya ifeksi. Memberikan kesempatan untuk merencanakan pemberian minum selama 24 jam.

6)      Penekanan Laktasi
Apabila penekanan laktasi dilakukan segera setelah melahirkan,maka jelas bahwa bayi tidak mendapatkan air susu ibu di bangsal bersalin. Apabila tidak terjadi pengisapan payudara oleh bayi,maka tidak terjadi perangsangan pelepasan prolaktin. Pada hari ke-3 dan ke-4 setelah melahirkan,bendungan pembuluh darah akan memperbesar pembuluh lactifer dan air susu ibu perlu diperas dengan hati-hati dan ini hanya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Payudara perlu disangga dengan baik dengan memakai bra. Rasa tidak nyaman dapat dihilangkan dengan pemberian analgetik ringan.




BAB 3
PENUTUP


3.1          SIMPULAN:

ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat. ASI yang keluar pada permulaan menyusu (foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan (hindmilk = susu akhir). ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan premature komposisinya juga berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan. Selain itu, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI juga mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak dan perkembangan jiwa anak. Di samping itu terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dan penjarangan kehamilan.

3.2          SARAN:

Bagi para ibu yang menjadi wanita karier setidaknya harus juga dapat memperhatikan keadaan bayinya. Jangan jadikan pekerjaan sebagai alasan untuk tidak memberikan ASI pada bayi,karena sesibuk apapun kita,itu sudah menjadi kodrat sebagai seorang ibu untuk dapat memberikan ASI kepada Bayinya.
Demikian makalah ini kami buat,sebagaimana pepatah  mengatakan “tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.







Daftar Pustaka

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 52-55).

Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (bab 5, hlm : 9-14)
www.google.com

























LEMBAR KONSULTASI

NAMA
TANGGAL
MASALAH
SOLUSI





Previous
Next Post »

Translate